Chan memberi tahunya tentang buah aneh di seberang jalan, bila ia makan maka akan sial lah seluruh hidupnya. Nino tak percaya perkataan Chan, tapi Nino punya ketakutan akan hal itu.
Nino punya hasrat untuk makan buah itu bulat-bulat di depan Chan, lalu ia berkata pada Chan
“Lihatlah, kau salah. Aku tak menjadi sial memakan buah ini”
Tapi ia juga takut apabila ia makan, lalu sial lah sisa hidupnya. Lalu Chan berkata
“Lihatlah dirimu, sudahku beri tahu. Kini Sial lah dirimu”
Nino tetap punya keyakinan, ia percaya benar dengan keyakinannya. Tapi sebenarnya ia memang tak yakin akan hal itu. Karena sebelumnya tidak ada yang membuktikan. Salah satu cara membuktikannya adalah dengan memakan buah itu dan merasakannya.
Begitu juga dengan Chan, ia memberi tahu itu karena ia yakin benar. Namun disadari bahwa Ia memiliki perbedaan keyakinan dengan Nino. Chan ingin menolong temanya agar ia tak celaka, namun lagi-lagi ia tak yakin benar karena belum ada yang membuktikannya.
Chan dan Nino duduk sesaat dan mendekati pohon dari buah itu. Berpikir sejenak, dan menyimpulkan.
“Baik atau buruk dari buah ini tapi kita sama-sama tahu siapa orang yang menanam pohon ini, orang yang baik dan penuh kasih sayang hingga pohon itu tinggi menjulang”, Ujar Chan
“ya, yang menanam pohon ini kita kenal betul, orangnya sama walau cara memandang buahnya kita berselisih”, balas Nino.
“Suatu hari nanti, apabila kita bertemu dengan orang yang menanam pohon ini. Mari kita bertanya siapakah yang benar, agar di antara kita tidak ada yang merugi dengan memakan buah itu”
“Dan tak usahlah kita mempeributkan ini”, serentak dari mulut mereka sembari berjalan berdampingan kembali duduk di seberang jalan.
Leave a Reply