Sudah diberitahu ribuan kali, Nusar tetap bak seorang tuli. Bukanya ia ingin menjadi tuli, tetapi rasa emosinya membiarkannya menjadi seorang yang tuli. Ibunya sudah meninggikan suara lima centimeter di telinganya, tetap saja pada pendiriannya.
“jangan pernah kau mengejar kupu-kupu, itu dilarang”
” ….”
Nusar hanyalah terdiam, tapi ia yakin itulah salah satu hal yang
ia inginkan selama ini, menangkap kupu-kupu. Ibunya tak pernah mengerti apa
yang ia maksud.
Tekad itu sudah ia bulatkan. Di samping rumahnya, tepat sebelah kandang ayam.
Ia melihat kupu-kupu cantik hinggap di batang sekop yang menancap. Ia merasa
api yang membara dalam hatinya, inilah saatnya untuk mendapatkan kupu-kupu itu.
Selangkah demi selangkah ia mendekati kupu-kupu itu dengan harapan suara
langkah kakinya tidak membuatnya pergi.
“Ahhh sialll !!” , kupu-kupu itu terbang beberapa langkah saja Nusar sampai di batang sekop itu.
Kupu-kupu itu tidak terbang jauh, ia hinggap di atas badan kerbau yang tidur kekenyangan. Setitik cahaya mulai muncul dan dengan perlahan, kali ini lebih hati-hati, Nusar berjalan kembali selangkah demi selangkah kearah kerbau rakus itu.
Lagi-lagi kupu-kupu itu terbang hanya bebera langkah lagi Nusar
tiba, kali ini suara nafas kerbau yang membuat kupu-kupu itu terbang.
Kupu-kupu itu terbang tinggi, berkeliling beranda rumahnya. Seakan-akan
mengejek pria dibawahnya yang hanya bisa melihat tanpa mampu menyentuhnya.
Setelah lelah berkeliling, kupu-kupu itu hinggap di dahan tertinggi pohon kersen setinggi empat meter. Ia naik perlahan hingga puncak tertinggi. Ia siap dengan kuda-kuda. Kali ini dengan jaring ditanganya. Belum pernah ia sedekat ini dengan kupu-kupu itu. Tiba-tiba saja …
Krakkkkkk …… Brakkk…..
Dahan yang menopang badanya patah.
Bukan kupu-kupu yang ia dapatkan tapi rasa nyeri yang hinggap di badanya, tidak hanya itu. Rasa kecewa teramat sangat membuat ia memutuskan untuk tidak mengejar lagi kupu-kupu itu.
Nusar hanya duduk di pojok beranda rumahnya, tidak terpikirkan untuk melakukan apapun bahkan hanya niatan. Satu hal yang pasti ia lakukan : diam.
Tanpa ia sadari, kupu-kupu itu telah terbang dari pohon kersen itu, kembali berkeliling beranda rumahnya untuk mencari tempat singgah berikutnya. Kupu-kupu itu singgah di tangan Nusar. Seorang Ibu tersenyum dari balik jendela.
Leave a Reply