Apa sih yang mesti dicari di Jakarta? Berjuta-juta orang berdesakan di jalan raya pada awal hari dan petang. Lalu pulang dengan lelah menoleh anak-istri. Belum penat lenyap, sudah mesti beranjak. Lalu begitu seterusnya sampai badan lunglai dan usang. Apa lelah? Apa bosan? Apa muak?
Bolehkah kami memilih tenang dengan semestinya? Tidak harus menguras badan sendiri dengan nasi yang tidak seberapa. Kau kejam, Jakarta ! Kau membuatku berada di medan perang. Diam berarti terbunuh, menyerang belum tentu selamat.
Jakarta semakin sempit. Aku semakin terhimpit. Kau tusuk aku di Jakarta yang sempit kiri-kanan. Sampai aku matipun harus berdiri. Tidak kau biarkan aku terlentang. Sampai matipun aku harus berdesakan merasakan macet di Jalan raya. Sampai matipun kuburanku resah akan digusur. Sampai matipun, aku harus bekerja. Kau kejam, sih, Jakarta !
Leave a Reply