Disaat kendaraan bersesakan di jalan Braga, Bandung, yang sudah mulai terang, ada sudut-sudut jalan yang tetap saja sepi, sudut jalan di sela-sela banguna-bangunan tua yang berjajar sepanjang jalan Braga, dimana terdapat beberapa seniman jalanan yang tetap semangat melukiskan pikiran-pikiranya di sehelai kanvas. Lukisan mereka nampak biasa-biasa saja, tak seperti lukisan Leonardo Da Vinci yang dikagumi jutaan orang di dunia tetapi ada sedikit hal yang menarik perhatian saya, yaitu jajaran lukisan pahlawan nasional yang disusun rapi.
Ada sebuah lukisan kecil berlukiskan Jendral Soedirman, tak ada yang hebat dari lukisan ini hanya saja nampak berbeda dari lukisan di sekelilingnya, tak seperti lukisan Bung Karno yang sedang berorasi dengan pakaian yang gagah sambil menunjukan telunjuknya atau lukisan Pangeran Dipenegoro yang sedang menunggangi kudanya. Jendral Soedirman hanya mengenakan jas panjang, nampak seperti orang sakit-sakitan terlebih-lebih dengan bentuk tubuh yang kurus. Entah mengapa bila saya melihat lukisan Jendral Soedirman saya merasa hormat padanya padahal dia tidak segagah Bung Karno atau mahir menunggangi kuda seperti Pangeran Dipenegoro.
Itulah Jendral Soedirman, tidak mengenakan pakaian yang mewah tetapi tetap berwibawa, sesuatu yang jarang sekali sosok luar biasa seperti Jendral Soedirman di zaman sekarang ini. Banyak sekali kaum terdidik di negeri ini berusaha nampak terlihat berwibawa dengan mengenakan pakaian atau kendaraan mewah disaat anak-anak sekolah dipenjuru negeri berjuang untuk tetap bersekolah.
Jendral Soedirman bukanlah Indonesia, membangun bangunan-bangunan mewah di perkotaan disaat banyak bangunan SD ambruk, mungkin inilah realita bermewah-mewah diri bangsa kita, tak ada sosok Jendral Soedirman yang berwibawa di negeri ini.
Satu hal saja agar sosok Jendral Soedirman hadir di bangsa ini, bukan membangun ratusan monument Jendral Soedirman yang sudah hampir ada di setiap provinsi di Indonesia atau memberi nama jalan dengan kata “Soedirman”, tetapi tampilkanlah sesuatu yang sederhana di negeri ini dan bangunlah wibawa dengan menghargai kata “pendidikan”. Anak-anak bangsa tidak membutuhkan bangunan-bangunan mall mewah yang bertebaran di setiap kota hanya menginginkan hal kecil saja, yaitu bangunlah gedung sekolah sederhana di seluruh penjuru bangsa. Hanya itulah tulah pakaian yang pantas buat sang pertiwi.
Maulana Akbar
TUGAS I ESSAY
140610080063
Leave a Reply