Padi Merunduk karena Mabuk

Pangkal kuat karena mengakar;

Maslahat arang adalah terbakar;

Bunga elok karena bermekar;

Kami padu  karena mangkar;

Kami kuat karena tunduk

Kami adalah padi

Padi yang merunduk karena mabuk

Demi Sjahrir yang berjalan di salju Zurich

Menunggu dua anaknya pulang dari sekolah

Apabila di tengah denai ada yang bertanya : apakah ada merah putih didadamu?

Ia tidak akan berucap – hanya tersenyum,  lantas merelakan tubuhnya mati membeku di negeri orang.

Demi Tan yang selalu duduk di balik daun jendela

Risau akan serdadu yang  hendak menembak ubun-ubunnya

Sebelum peluru menembus kepala, serdadu bertanya : apakah ada merah putih di matamu?

Ia tidak berucap, seakan mempersilakan serdadu menembak matanya untuk membuktikan sendiri.

Akhirnya ia lenyap.

Kami bukanlah siapa-siapa.

Berlabuh dari berbagai ragam pasar. Beragam aroma : harum, tengik, asam.

Apabila ada yang bertanya “apakah ada merah putih didadamu,” dengan lantang kami melontar “ini dia.. ini dia.. !”

Tapi kami adalah padi yang sedang mabuk, tunduk karena ditempa.

Setelah usai ditempa dan kembali bangun, serta menyadari : kami adalah generasi yang rapuh.

Demi orang setelahnya yang mencintai negeri ini.

Doakan kami selalu, abdi negara yang sedang meneladan.

Mengeja benar dengan jujur, mengeja salah dengan gamblang.

Berikan kami arak yang mustajab.

Biarkan kami terus mabuk dan merunduk.

Tanpa perlu ditempa, tanpa perlu semboyan-semboyan.

Bahwa kami mencintai negeri ini hingga darah kami tumpah sehabis-habisnya.

Mencintai negeri ini tanpa perlu semboyan-semboyan.

Karena kami padi yang merunduk bukan karena mabuk.

Karena kami adalah padi yang merunduk karena berfusi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *