(1) Untuk bisa pemilu pertama kalinya setelah kemerdekaan, sangat sulit bagi Indonesia. Selain perangkat negara masih kurang memadai untuk menyelenggarakan Pemilu, intervensi dari luar negeri (terutama Amerika dan Belanda) sangat kuat (Advertiser. 190149) pic.twitter.com/B4BKAKc2nk— maulana akbar (@mlakbr) March 29, 2019
(1) Untuk bisa pemilu pertama kalinya setelah kemerdekaan, sangat sulit bagi Indonesia. Selain perangkat negara masih kurang memadai untuk menyelenggarakan Pemilu, intervensi dari luar negeri (terutama Amerika dan Belanda) sangat kuat (Advertiser. 190149) pic.twitter.com/B4BKAKc2nk
(2) Akhirnya Indonesia bisa menyelenggarakan pemilu setelah 10 tahun Merdeka. Intervensi luar negeri mungkin minim, tapi tegangan antara Islam vs Komunis semakin sengit (The Argus, 141055) #PemiluIndonesia #Pemilu1955 pic.twitter.com/6wnE7UZif0— maulana akbar (@mlakbr) March 29, 2019
(2) Akhirnya Indonesia bisa menyelenggarakan pemilu setelah 10 tahun Merdeka. Intervensi luar negeri mungkin minim, tapi tegangan antara Islam vs Komunis semakin sengit (The Argus, 141055) #PemiluIndonesia #Pemilu1955 pic.twitter.com/6wnE7UZif0
(3) Walaupun begitu pemilu 1955 berhasil diselenggarakan. Nasionalis, Islam, dan Komunis menduduki empat besar partai di Indonesia. 2 tahun setelahnya, Bung Karno memperkenalkan Nasakom (The Argus, 071055) #Pemilu1955 pic.twitter.com/7fPhchQ7Ai— maulana akbar (@mlakbr) March 29, 2019
(3) Walaupun begitu pemilu 1955 berhasil diselenggarakan. Nasionalis, Islam, dan Komunis menduduki empat besar partai di Indonesia. 2 tahun setelahnya, Bung Karno memperkenalkan Nasakom (The Argus, 071055) #Pemilu1955 pic.twitter.com/7fPhchQ7Ai
(4) Seiring berjalananya waktu, walaupun dengan superiornya Soeharto. Beberapa konflik pernah terjadi pada masa orde baru (Saat itu Golkar 62% PPP29%) (Canberra Times, 210477) #Pemilu1977 pic.twitter.com/8W0MzDONxr— maulana akbar (@mlakbr) March 29, 2019
(4) Seiring berjalananya waktu, walaupun dengan superiornya Soeharto. Beberapa konflik pernah terjadi pada masa orde baru (Saat itu Golkar 62% PPP29%) (Canberra Times, 210477) #Pemilu1977 pic.twitter.com/8W0MzDONxr
(5) Pemilu semakin stabil (dibaca: jemu) ketika Orde Baru semakin kuat (dibaca:otoriter). Pada tahun 1987 Golkar lebih dari 70%, PPP 15%, PDI 10%. (Canberra Times, 250487) #Pemilu1987 pic.twitter.com/nGDkDtFVj8— maulana akbar (@mlakbr) March 29, 2019
(5) Pemilu semakin stabil (dibaca: jemu) ketika Orde Baru semakin kuat (dibaca:otoriter). Pada tahun 1987 Golkar lebih dari 70%, PPP 15%, PDI 10%. (Canberra Times, 250487) #Pemilu1987 pic.twitter.com/nGDkDtFVj8
(6) Bagian terbaik dalah akhirnya pada tahun 2004 Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar di dunia dalam pemilihan presiden secara langsung. @SBYudhoyono menjadi Presiden selama dua periode. #Pemilu2004https://t.co/PbT6BW5jap pic.twitter.com/IJuAExUeIh— maulana akbar (@mlakbr) March 29, 2019
(6) Bagian terbaik dalah akhirnya pada tahun 2004 Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar di dunia dalam pemilihan presiden secara langsung. @SBYudhoyono menjadi Presiden selama dua periode. #Pemilu2004https://t.co/PbT6BW5jap pic.twitter.com/IJuAExUeIh
(7) Tapi kini dengan 64 tahun sejarah Panjang pemilu di Indonesia, konflik-konflik itu rasanya tidak pernah berhenti. Apa ini karakter demokrasi kita? #Pemilu2019https://t.co/qZ38BAkule pic.twitter.com/tWawPQ4MRQ— maulana akbar (@mlakbr) March 29, 2019
(7) Tapi kini dengan 64 tahun sejarah Panjang pemilu di Indonesia, konflik-konflik itu rasanya tidak pernah berhenti. Apa ini karakter demokrasi kita? #Pemilu2019https://t.co/qZ38BAkule pic.twitter.com/tWawPQ4MRQ
In
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment *
Name *
Email *
Website
Δ
Leave a Reply