Pemegang Tongkat Pancing

Masyarakat kita masyarakat yang unik nan special sejak dahulu kala. Mudah diarahkan seperti ikan-ikan kecil yang diberi umpan cacing. Ke mana pun umpan mengalir, berbondong-bondong ikan-ikan kecil itu mengikuti. Umpan-umpan itu bisa mengalir ke tempat yang dangkal atau tinggi, bisa saja terserah di pemegang pancing.

Ke tempat yang tinggi, seperti pada tanggal 19 September 1945, berbondong-bondong masyarakat untuk datang mendengar sepatah pidato dari sang proklamator di lapangan IKADA – kini lapangan Tugu Monas. Soekarno – juga pengarah masa yang ulung – mengumpulkan khalayak untuk mengusung kekuatan pasca proklamasi kemerdekaan. Siapa kira dari mulut ke mulut angin segar kemerdekaan memanggil masa yang begitu besar di lapangan IKADA. Saat itu, Soekarno-lah si pemegang tongkat pancing.

Ke tempat yang dangkal, sepertipasca peristiwa 30 September 1965, masyarakat yang geram diberi umpan untukturut membantai siapa yang dikira anggota PKI. Kita tidak pernah tahu siapapemegang tongkat pancingnya.

Detik ini masyarakat Indonesia bergerak pontang-panting oleh banyak pemegang tongkat karena pemegang kendali tertinggi tidak begitu mahir menggenggamnya. Belum selesai urusan macet, banjir, dan tetangga yang punya istri baru, harga BBM sudah di naik turunkan. Masyarakat resah harga yang naik terus tanpa mau istirahat sejenak. Masyarakat bingung menyalahkan siapa. Bukanya si pemegang tongkat malah BBM yang disalahkan.

Apalagi harga kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi menimbulkan rasa skeptis menghadapi masa depan dimata masyarakat.

“Jika elpiji 3 kg mulai langka dan elpiji 12 kg makin mahal, dapat menimbulkan keresahan masyarakat dan berpotensi kembali beralih ke kayu bakar,” Ujar Tulus Abadi, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), seperti dilansir oleh Sindonews.

Rasa pesimis masyarakat sudah mulai merata – mulai dari pengemis-pejabat, bocah-renta, pria-waria. Ketakutan akan kejadian tahun 1965 dan 1998 pun menghantui di beranda rumah. Artinnya kita tidak tahu harus menyalahkan siapa, bahkan bingung untuk menyalahksan diri sendiri. Si pemegang tongkat pancing mungkin kini sedang berpangku kaki memanen hasil ikan yang banyak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *