Setelah gelap menghilang darah seakan-akan air laut pasang, yang merupakan lumpurnya adalah kain perhiasan para pahlawan yang gugur saling bantai, bangkai gajah dan kuda sebagai karangnya dan senjata panah yang bertaburan laksana pandan yang rimbun, sebagai orang menyusun suatu karangan para pahlawan yang tak merasa takut membalas dendam.
Kutipan itu berdengung dari kitab Jawa Kuno berjudul Kakawin Baratayuda karya Empu Sedah tahun 1157 Masehi. Sebuah kisah klimaks dari Mahabrata yang banyak disesuaikan dengan keadaan di nusantara pada saat itu. Peperangan saudara yang mendarah-daging antara Pandawa-Kurawa mengorbankan banyak pahlawan yang saling membunuh.
Diluar setiap babak peperangan yang berangkai, ada yang memudar dari sebab lakon itu dimulai. Sebab yang teramat sederhana untuk sebuah perang besar : Harga diri Keluarga. Hingga peperangan konon sudah akan terjadi sebelum Pandawa-Kurawa lahir.
Menjaga harga diri dapat menjadi introduksi dalam sebuah kehancuran. Harkat yang diinjak oleh tetangga akan dibalas dengan injakan, lalu akan saling menginjak. Hingga akhirnya sama-sama hancur, namun akan ada satu yang lebih sedikit hancur — Ialah pemenangnya.
Adicipta dari lakon Kakawin Bratayuda tentang peperangan dan harga diri terus berlanjut di kehidupan realitas peradaban manusia. Kini kisah Jawa Kuno itu, memulai babak baru di era modern, yaitu perseteruan KPK-Polri.
KPK-Polri, yang memegang amanah luhur dari rakyat, seyogianya dapat menjadi khadam bagi negara, atau jongos untuk rakyat. Saat ini bukanlah saatnya untuk memilih siapa benar-salah. Tapi saling menghormati tetangga yang memang semestinya menyeberang beranda rumahmu dengan menginjak rumput. Bukan untuk merusak harkat yang ditanam didalamnya, tapi di sanalah satu-satunya jalan menuju jalan kebenaran.
Sudah saatnya pula, masyarakat untuk tidak memihak. Karena jangan dilupakan prajurit dan Senopati yang memihak Pandawa-Kurawa kebanyakan mati duluan sebelum pemenang ditentukan. Bukankah pula dengan keberpihakan mendorong adanya kompetisi ; Kompetisi mendorong adanya kemenangan ; Kemenangan mendorong adanya perlawanan ; Perlawanan memaksa lawan harus hancur.
Leave a Reply