Aku tahu, matahari tidak mungkin malas terbit seperti aku malas bangun di hari Senin. Aku juga tahu, matahari tidak mungkin lupa terbenam seperti aku yang lupa tidur karena keasyikan ngobrol di kedai kopi. Dan aku juga tahu, matahari akan tetap menjadi matahari sampai kapan pun, tidak sepertiku, pernah menjadi John Lenon, Kurt Cobain, sampai nyaris pernah menjadi Ariel Peterpan.
Aku menatap kesal ke atas, kau begitu sempurna hingga beratus-ratus tahun kau dipuja bak pencipta air dan makanan. Apakah kau sangat sempurna, hingga Tuhan memosisikanmu paling atas? Tapi itu tetap sulit menjadimu, karena aku bukanlah orang yang tepat waktu.
Aku melihat ke bawah, tanaman yang berhasil berfotosintesis karena sinarmu. Aku melihat ke depan, seorang wanita cantik yang aku lihat lekuk tubuhnya karena sinarmu. Ibu-ibu yang menjemur pakaian, pujangga yang menjadikanmu inspirasi, pelukis yang bisa melihat jelas objeknya, dan miliaran kabar gembira darimu.
Lalu kapankah aku menjadi matahari untuk orang di sekitarku, bahkan diriku sendiri? yang bisa menciptakan kabar gembira sepertimu. Itulah tujuan pandangku : menjadi matahari kecil yang menyinari langit di atas rumahku.
Leave a Reply