Kamera tua kepunyaan Juru Kamera tua.
Dirawat tiap hari. Supaya berumur panjang.
Catnya lusuh. Berbahan logam buatan Jepang.
Dulu ketika Juru Kamera tua tidak disebut tua.
Ia berkeliling ke kampung-kampung.
Untuk mencari siapa yang mau difoto.
Esok lusa ia kembali. Bawa hasilnya.
Tapi itu dulu. Ketika motret tidak semudah sekarang.
Kemarin. Juru Kamera tua meregang nyawa.
Di kamar mandi. Siapa yang tahu.
Sampai membusuk. Baru ada yang tahu.
Sebelum meninggal. Ia sudah berpesan.
Jadi tua itu memang bukan pilihan.
Kita tidak rindu kalau tak pernah tua.
Rindu itu indah.
Tua juga indah.
Kecuali wajah keriput dan sakit pinggang di pagi hari.
Itu menyebalkan.
Kini, Kamera tua sudah tidak ada yang merawat.
Sudah dibeli oleh kolektor.
Berdompet tebal. Bermata oriental.
Ia beli dengan harga selangit.
Namun ia lupa.
Ia tidak beli dengan rindu-nya.
Jakarta, 9 Desember 2013
Leave a Reply