Social Problem
- Masalah sosial adalah kondisi sosial, proses, peraturan atau sikap masyarakat yang secara umum ‘dianggap’ tidak diinginkan, negatif, dan mengancam nilai-nilai atau kepentingan tertentu seperti kohesi sosial, pemelihraan umum dan ketertiban, stanfar mora, stabilitas institusi sosial, kemakmuran ekonomu, atau kebebasan individual.
The attributes of Social Problem
Masalah sosial adalah ketika persoalan pribadi menjadi persoalam publik. Secara umum Masalah sosial adalah ketika persoalan pribadi menjadi persoalam publik. Secara umum, memiliki beberapa sifat, seperti
- Mempunyaia penyebab sosial daripada individual
- Adalah kondisi sosial yang tidak diinginkan
- Berhubungan dengan nilai-nilai dan kepercayaan, terutama oleh masyarakat dominan
- Berhubungan dengan persepsi-persepsi
- Berhubungan dengan pemahaman tentang hubungan antara pemerintahan, ekonomi, dan individu masyarakat
- Berhubungan dengan pengetahuan kita tentang masyarakat dan lingkungan
- Mungkin saja memberi dampak pada beberapa kelompok lebih daripada lainnya
- Mungkin merefleksikan kepentingan masyarakat dominan
How do social issues get on the agenda?
Bridgman and Davis (2004) membedakan antara internal dan eksternal drivers yang mempengaruhi dimana sebuah masalah masuk ke dalam agenda.
- Internal drivers adalah faktor-faktor yang memiliki perhatian langsung ke dalam masalah didalam pemerintahan: proses kabinet, platform politik, proses pembiayaan, dll
- External drivers adalah diluar masalah pemerintahan, termasuk: kekuaran ekonomi, perhatian media, advokasi dari ahli, lobby dan aktivisne, jajak pendapat, kegiatan internasional, laporan independe, perkembangan teknologi
From Social Issue to Public Response
Dalam level yang luas, kita bisa melihat bahwa kebijakan publik dan program-program sebagai intervensi dalam sebuah respon dari masalah sosial. Masalah sosial bisa mungkin bisa menimbulkan respon pemerintahan apabila:
- Persetujuan dalam sebuah masalah
- Prospek dari sebuah solusi
- Topik yang memiliki daya tarik masa
- Jika dapat dibuktikan, maka akan memberikan implikasi kepada khalayak.
- Masalah dengan program yang ada dianggap lebih dari sekadar masalah baru (bias terhadap masalah yang ada)
- Masalah sosial atau kondisi yang berimbas pada nilai utama yang dipegang para politisi
- Agenda yang diatur oleh para elit
- Masalah sosial atau kondisi yang dibandingkan yang tidak menguntungkan bagi mereka di bagian lain sebuah negara
(Cobb and Elder, 1972; Kingdon, 1995; Althaus, Bridgman and Davis, 2013; Jamrozik and Nocella,1998) )
The Nature of Social Problem: Wicked Problem
Pekerjaan para evaluator sering kali rumit oleh masalah sosial yang kompleks untuk mereka atasi
- Rittel dan Webber menganggap banyak masalah kebijakan publik yang termasuk kedalam ‘wicked problem’ terutama masalah-masalah dalam kebijakan sosial dan perencanaan
- Mereka menyebut ini sebagai ‘wicked problem’ tidak karena:
- malignant (in contrast to begningn)
- vicious (like a circle)
- tricky (like a leprechaum)
- aggresice (like a lion compared to the docility the lamb)
- (Rittel, H. W. J., & Webber, M. M. (1973). Dilemmas in General Theory of Planning. Policy Sciences, 4, 155-169)
- Sepuluh karakteristik utama dari wicked problem:
- Kamu tidak mengerti masalahnya sampai selesai mengembangkan solusi
- Wicked problem tidak mempunya stopping rule atau akhir yang jelas
- Solusi lebih pada bagus atau buruk, daripada benar-salah
- Setiap solusi yang terimplementasi pada wicked problem memiliki konsekuensi tidak dapat diselesaikan
- There is no way of knowing if all solutions have been considered
- Setiap wicked problem unik
- Wicked problem adalah gejala dari masalah lain
- Banyak penjelasan untuk menjalaskan wicked problem
- Tidak ada benar menjadi salah
Wicked Problem vs Tame Problem
Kebalikan dari wicked problem adalah Tame Problem, Rittel and Webber (1973) berpendapat Tame lebih lazim untuk ilmu alam. Selain itu tame lebih ringan karena dapat didefinisikan dan solusi yang dapat diverifikasi (Head 2008). Tame memiliki karakteristik di bawah ini:
- statemen masalah yang stabil dan dapat didefinisikan dengan baik
- mempunyai stopping point yang pasti ketika solusi dicapai
- mempunyai solusi potensial yang terbatas
- sebuah solusi yang dapat dievaluasi secara objektif sebagai salah atau benar
- memiliki kelas masalah yang dapat diatasi secara sama
- Memiliki solusi yang dapat diuji sebelum implementasi tanpa adanya konsekuensi (Conklin 2010).
Tulisan ini merupakan rangkuman sesi kuliah SOC 818 Evaluation and the Policy Process (Week 2) oleh Dr Charlotte Overgaard di Macquarie University, Sydney, Australia pada sesi pertama tahun 2019.
Leave a Reply