Paradox

Dalam proses hidupnya, manusia selalu memutuskan atas pilihan-pilihannya. Termasuk atas hidupnya sendiri. Manusia juga berhak memutuskan untuk hidup dan bahagia dibagian mana, dengan siapa, atau dalam dimensi mana.

Anak tetangga temanya teman saya, Juhi yang seorang pemulung melarat, hidup dalam kesengsaraan. Menurutku, walau dalam keterbatasan pendidikan, dia merupakan pemikir ulung. Sampai-sampai dia hampir dikira kurang waras karena sering melamun dan tertawa sendiri.

Hidupnya tetap susah karena memang situasi yang mengharuskan demikian. Apalagi Si Pemikir ini menghabiskan waktu melamun tanpa menghasilkan uang.

Tetapi, dia tampak selalu bahagia walau semua orang keheranan. Hingga akhirnya kutahu bahwa dia telah memutuskan sesuatu yang besar dalam hidupnya, yakni untuk hidup dalam dimensi lain.

Ketika Juhi merasa tidak bisa berbuat dalam hidupnya, ia merasa bangga dalam khayalannya. Sampai ia sepenuhnya hidup didalamnya. Dalam mimpinya, adalah sebuah paradox, yaitu sebuah sisi lain dari realitas yang ia hadapi. Namun sekali lagi, ia bahagia dengan itu.

Hingga kudengar kabar, Juhi meninggal dunia karena satu penyakit. Kusenang, seharusnya begitu walau agak janggal. Juhi pasti sudah bahagia, kaya raya, pintar, dan dipenuhi oleh terkabulnya impian-impian dalam dunianya sendiri. Dunia di sebuah dimensi yang kita, orang-orang yang menganggap diri kita sendiri normal, tidak pernah berada didalam nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *