Beberapa hari di Ningbo memunculkan rasa penasaran untuk menengok beberapa tempat historis dan budaya di kota ini. Sebagai salah satu kota tertua di China, rasanya tidak akan sulit untuk melihat lihat tempat bersejarah di sini. Awalnya saya memutuskan untuk melihat beberapa kuil tua, tapi rekan saya dari MIMOS Malaysia, Bapak Helmi Halim, merubah tujuan saya, “Lebih baik kita menengok masjid saja. Sudah ada di sini sebelum Islam masuk Nusantara,” ujarnya.
Benar ujar Bapak Halim, karena menurut laman chinahighlights.com, http://www.chinahighlights.com, masjid ini sudah dibangun pada dinasti Xianping (998-1003 Masehi). Sudah dihancurkan dan dibangun kembali. Bangunan yang kini berdiri adalah bangunan pada abad ke-18 atau dinasti Qing (1644-1911 Masehi). Walaupun pernyataan tentang mesjid ini berdiri sebelum Islam masuk Nusantara perlu diklarifikasi lebih dalam, hal yang pasti adalah Islam sudah masuk daratan China sudah lama sekali.
Akhirnya pada hari Jumat 2 Desember 2016, kami usahakan untuk menyempatkan diri untuk Shalat Jumat di tempat itu. Sayangnya pertemuan kami baru selesai pukul 11.30 waktu setempat. Sehingga tidak mungkin untuk melaksanakan Shalat Jumat disana. Menengok saja lah, pikir kami.
Bagaimana Caranya Menuju ke Mesjid Ningbo
Kami menginap di hotel Shangri-la Ningbo. Lokasinya cukup strategis dekat dengan blok terbesar disana, yaitu Tianyi Square. Alamat mesjid yang kami ketahui adalah 18 Houying Lane, Ningbo, Zhejiang (浙江省宁波市后营巷18号). Atau dari google maps, masjid yang aslinya bernama Yuehu Mosque, ini berlamat di 18 Houying Alley, Haishu Qu, Ningbo Shi, Zhejiang Sheng, China, 315000. Masjid Yuehu ternyata letaknya tidak begitu jauh dari tempat kami, yaitu tepat di pinggiran Tianyi Squre. Berjalan kaki hanya sekitar 30 menit saja. Tapi kami mencoba menggunakan akses Ningbo Rail Transit (mirip dengan Subway).
Halte terdekat yang dapat dilalui adalah dari halte Gulou. Kami naik dari halte Jangxia Bridge East, cukup dua shelter seharga 2 Yuan saja menuju Gulou. Keluar lalu berjalan kaki menuju Yuehu Park. Lalu belok kiri ke Yanyue Street. Disana kita akan melihat danau dan taman Yuehu yang begitu asri. Di pagi dan sore hari akan dipenuhi lansia yang berdansa atau taichi. Kakek-kakek juga banyak yang bermain kartu disana.
Letak masjidnya berada dalam gang di kawasan pemukiman Yuehu. Awalnya kami tidak mengira ini adalah masjid, karena bangunannya lebih tepat seperti kuil tua. Bangunannya kecil agak tidak terurus. Ada sandal dan buat berwudu dan sajadah yang digulung. Karena bukan watu Shalat jadi masjid dikunci. Tapi kami yakin masjid ini digunakan secara berkala, karena tidak tampak debu.
Setelah sedikit berdiskusi tentang masjid ini dan menangkap beberapa momen untuk difoto, kami akhirnya memutuskan pulang. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan beberapa orang muslim Ningbo yang hendak ke Masjid. Agak janggal memang melihat masyarakat China asli menggunakan pakaian muslim yang lengkap, karenanya kami ingin berbincang sejenak dengan mereka. Sayangnya mereka tidak dapat berbahasa inggris, sehingga kami tidak bisa berkomunikasi lebih lanjut. Namun satu kata yang dapat menghubungkan kami : “Assalamualaikum”
https://www.instagram.com/p/BNg3M8YgNkr
Kami pun pulang. Esok paginya saya kembali lagi ke mesjid ini untuk Shalat subuh. Karena esok flight ke Indonesia terjadwal pukul 11.00 waktu setempat, saya tidak bisa lebih lanjut menggali informasi tentang masjid ini. Tapi saya merasa sangat beruntung untuk mengunjungi masjid ini, walau karenanya saya meletakan momen untuk melihat kuil-kuil termasyhur yang bersejarah disana.
Leave a Reply