Sepetik Pendapat tentang Dilan (Pidi Baiq)

Jangan lihat dulu siapa penulisnya. Jangan. Kalian akan bakal mengira wanita muda yang menulis buku ini. Saya pun bakal mengira begitu, sayangnya saya sudah tahu duluan siapa yang menulis ini : Pidi Baiq, seorang seniman. Saya dibuat keheranan bagaimana Pidi Baiq dapat memosisikan diri sebagai Milea, seorang siswi SMA. Seorang Pidi ! Luar biasa.

Dari bagaimana Pidi Baiq menulis ternyata masih sama seperti seri-seri buku Drunken. Seperti dalam kalimat pertama sekali dalam novel ini : “Namaku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan, dan tadi baru selesai makan jeruk.” Kalimat ‘tidak nyambung’ sudah lumrah di kamus Pidi. Saya langsung menyadari, inilah tulisan Pidi. Namun setelahnya, saya terbawa terus oleh kacamata Milea.

Saya membaca novel ini karena banyak teman saya, termasuk pacar, yang terkesan dan terngiang-ngiang. Sebagai kolektor beberapa buku Pidi, saya sedikit menahan membaca buku Dilan. Alasannya sederhana, karena saya lebih suka sudut pandang pribadi Pidi, bukan cerita novel. Tapi saya cukup terkesan dengan beberapa hal dalam novel ini, berikut ada beberapa rangkuman catatan kecil saya.

Bandung Banget

Sebagai orang Bandung yang besar di Bandung, pasti terkekeh-kekeh membaca novel ini. Tebakan saya Pidi mencoba memvisualkan bagaimana ia besar di Bandung melalui buku ini. Cara barudak Bandung berkomunikasi, nongkrong, tingkah-tingkah konyol, lokasi-lokasi favorit, dan banyak halnya yang memang tercipta di Bandung. Itulah Bandung. Apalagi yang pernah hidup di Bandung di tahun 90an.

Simple but Twist

Anak SMA masalahnya gitu-gitu aja sih. Ya memang, seperti berantem, kehidupan dikelas, kantin, dan lainya. Sederhana, ya, sederhana. Tapi Pidi buat ini mengalir, dengan kosakata yang amburadul, dibuat novel ini seperti buku harian Milea yang dibuat jujur dan apa adanya.

Dilan, lebih mirip Pidi Baiq ?

Bagi yang sudah membaca beberapa karya Pidi, bisa jadi pendapat ini akan sama : Dilan itu Pidi Baiq. Kekonyolannya, cara dia bercanda, tingkah laku absurd, dan cara dia ‘bermain kata’ sama dengan Pidi.

Secara umum, novel ini sangat cocok buat kamu yang gak pengen ribet mikir. Tidak perlu campur aduk kata-kata indah nan selangit yang dapat menghiburmu, bukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *