Saya ingin kita segera keluar dari ketergantungan pada energi fosil dengan langkah nyata memanfaatkan cadangan panas bumi (Jokowi)
Itu bukanlah ucapan angan-angan atau cuma pencitraan semata, tapi realitanya kita mempunya potensi untuk mengembangkan sumber energi baru terbarukan, terutama dengan cadangan panas bumi. Selaras pula dengan outlook yang dilakukan BPPT, dengan judul penilitian yang berjudul Outlook Energi Indonesia 2014, menyimpulkan dengan sekenario bahwa Geothermal menjadi sumber energi baru paling potensial untuk saat ini. Berdasarkan data Ditjen EBTKE, 2013 (1), menunjukan potensi Geothermal memiliki salah satu cadangan terbesar — disamping sumber energi hidro — yaitu Berdasarkan data ESDM (2013), cadangan panas bumi Indonesia sebesar 16.484 MW dari potensi sekitar 28.617 MW.
Peta Potensi Panas Bumi Indonesia 2010 (ESDM)
Pembangkit listrik geothermal bekerja dengan menggunakan sumur kedalaman 1,5 km atau lebih untuk menjangkau cadangan cadangan panas bumi — yang tentunya sangat panas. lalu memompa air panas bertekanan tinggi ke dalam tangki bertekanan rendah. Hal ini menyebabkan “kilatan panas” yang digunakan untuk menjalankan generator turbin. Saya sendiri melihat secara langsung potensi tersebut ketika beberapa tahun lalu mengunjungi langsung PT. Chevron Geothermal Indonesia di pegunungan Garut.
Masih berhubungan dengan potensi, ada hal yang menarik dari halaman web Greenpeace,
Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi gas rumah kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Sayangnya, bahkan di banyak negara dengan cadangan panas bumi melimpah seperti [highlight]Indonesia yang memiliki 40 % cadangan panas bumi dunia, sumber energi terbarukan yang telah terbukti bersih ini [highlight]tidak dimanfaatkan secara besar-besaran
Namun masih menurut kajian BPPT, Secara umum pemanfatan energi terbarukan masih relatif kecil. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang menjadi masalah, antara lain ialah tingginya biaya investasi, birokrasi, insentif atau subsidi, dan harga jual produk akhir energi terbarukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan energi fosil, kurangnya pengetahuan dalam mengadaptasi fasilitas energi bersih, serta potensi sumberdaya EBT pada umumnya kecil dan tersebar.
Sebenarnya ini bisa dijadikan potensi besar, karena menurut data dari International Energ Agency dalam publikasi yang berjudul Energi and Climate Change menunjukan tren energi baru dan terbarukan belum menunjukan pemanfaatan panas bumi. Berikut adalah diagram batang tentang pemanfaatan energi baru dan terbarukan di dunia higga tahun 2014.
Hingga tahun 2014, menunjukan tenaga hidro dan angin mendominasi — memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Energi dari panas bumi tidak ditampilkan (masuk ke other renewables) karena datanya begitu sedikit.
Kini, akan sangat sederhana buat kita : menggali lumbung emas di tanah sendiri, atau mengikuti becak tetangga yang berangkat ke pasar.
_________________________________________________________________
Tulisan ini berdasarkan referensi dari beberapa publikasi berikut :
- (1) Outlok Energi Indonesia 2014 (BPPT)
- http://www.greenpeace.org/
- Energi and Climate Change (IEA)
- esdm.go.id
Leave a Reply