5 Februari 2013

Mungkin ini cerita akhir dari salah satu season cerita dalam hidupku. Cukup banyak cerita yang tidak aku tulis dan ceritakan selama empat tahun lebih, cukup panjang apabila aku menghitung berapa detik yang harus berdetak hingga akhirnya aku berdiri disini. Mulai dari Penghuni hutan Baroq yang masih tersisa beberapa saja di Jatinangor, termasuk salah satu yang kami anggap sebagai mother of usvitha ,yang kuanggap sebagai manusia setengah bebek.  

Memoriku kembali berputar ketika mahasiswa barjaket hijau memberikanku sepucuk bunga mawar, sebenarnya aku sudah tahu dimana mereka membeli dan berapa harganya karena tahun-tahun sebelumnya aku seperti mereka ini, memberikan selamat kepada senior sembari bertanya-tanya dalam hati kapan aku bisa menggunakan toga yang sama seperti mereka. Namun, bunga tetapilah bunga, bukan harganya tapi kesan apresiasi yang diberikan kepadaku. 

Hari ini sebenarnya cuaca tidak mendukung, karena kuyakin Unpad adalah univeritas yang melek dan tidak percaya akan pawang hujan, tapi ketika hujan disaat  besar seperti ini tidak ada salahnya melepas sedikit ilmu pengetahuan dengan alasan pawang hujan adalah warisan nenek moyang.  

Begitu cepat sebenarnya dua jam terakhir aku di kampus, silih berganti temanku datang dan bergaya di depan kamera untuk menahan momen sesaat untuk bukti apabila ada yang bertanya tentang status sarjanaku. Aku dan rombongan keluargaku dan teman-temanku dengan rombongan keluarganya masing-masing berpisah dengan kampus ini.  Aku mungkin membenci beberapa mata kuliah yang sangat tidak aku mengerti, suatu hari nanti pasti aku rindukan saat-saat sebelum hari ini. Menjadi mahasiswa adalah saat terindah ketika kita mau mengekspresikan hidup. 


Unpad, 5 Februari 2013


Adalah sebuah perasaan penulis ketika hari terakhir menjadi mahasiswa di Unpad. Kadang saat-saat itu menjad hari yang ditunggu dan dibenci

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *