Gol Budi
Budi berada dua langkah di depan bola.
Sekitar tiga meter dari Budi, Yadi dan Rahmat berdiri sebagai pagar betis.
Nandang siap-siap menjaga gawang selebar dua langkah dengan sekat berupa sandal.
Dengan sekuat tenaga yang dihasilkan dari sepiring nasi dan sayur kangkung besrta satu gelas ale-ale, Budi menendang ke arah pojok kanan sendal jepit.
dan… Gooooooooool !
Budi berlari menghampiri Bayu melakukan selebrasi, yaitu kaki Budi berada di paha Bayu yang sedang berlutut. Seakan-akan Budi sedang mengelap sepatu Budi. Padahal Budi dari tadi memang nyeker.
Di sisi lain Nandang, Yadi, dan Rahmat protes bahwa tidak gol. Bola berada tepat di atas sandal yang artinya itu kena tiang.
Budi dan Rahmat tentunya tidak setuju. Bola lebih banyak berada di sandal bagian dalam yang artinya bola kena tiang dan memantul ke dalam.
Budi membuat gestur begini: mengepalkan jari-jari pada titik yang sama. Seperti tangan sedang makan tanpa sendok tapu ujung jari menghadap keatas. Seperti orang italia yang sedang protes, ia bicara pada “itu tadi gol, stupido”
Perkelahian pun tidak bisa dihindari.
Tapi yang menang tentu saja Nandang, ia yang berhak memutuskan bahwa itu memang tidak gol.
Karena ia yang punya bola. Hadiah dari ayahnya ketika dikhitan.
Tanpa Nandang, tidak ada sepakbola di lapangan itu.
Mau tidak mau semua harus setuju.
Kalau mau bola kembali bergulir.
Wasit
Seorang anak sedang menonton sepakbola bersama ayahnya.
“Ayah mana yang namanya wasit?”
“Itu. Yang sedang dipukuli ramai-ramai“
Leave a Reply