Disaat istriku menyiapkan posisi untuk tidur benar, sambil memikirkan pakaian yang cocok untuk bekerja diesok harinya, tiba-tiba perut dia mulai mulas-mulas. Si jabang bayi, yang sering kami ajak ngobrol dengan nama Gendos, mulai mengamuk dalam perut ibunnya. Akhirnya bersama Ibu Mertua kami meluncur bertiga menuju RSIA Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Tepat tiba disana pada pukul 23.30 dan mulesnya terus berlanjut sampai pukul 7.40 WIB. Nongol-lah si Gendos yang beratnya Cuma 2,7 Kg yang berwarna kebiruan karena habis berenang di air ketuban. Ia menangis selama tiga menit dan tidur berjam-jam setelahnya.
Ketika istriku ditangani oleh beberapa dokter karena terjadi pendaharan, Gendos diletakan di sebuah kotak kaca yang berada dua meter di kursi-ku duduk. Matanya menatapku : inilah tatapan pertama kami. Rasanya seperti jatuh cinta pada pandangan pertama untuk yang kedua kali. Kali pertama sekitar sembilan tahun lalu bersama wanita yang kini telah dibius pulas. Tapi ia hanya membuka mata sebentar, lalu kembali tidur dalam mimpi.
Hadiah pertama yang ingin kami berikan adalah sebuah nama. Rasanya ingin ngobrol dengan si Gendos ini untuk bertanya : kamu mau nama apa Nak ? Sebagai orang tua yang demokratis, kami ingin memberikan yang ingin dikehendakinya, selama itu adalah hal yang baik. Tapi tentunya dia tidak menyahut kecuali dengan tangisan yang kecil itu. Akhirnya kami berikan sebuah hadiah pertama itu dengan sebutan Gendishira Sjair Akbar. Nama yang sejauh ini adalah ekskulif dimiliki oleh Gendos.
Nama itu pada dasarnya memiliki empat suku kata. Pertama adalah Gendis, yang artinya manis atau gula dalam bahasa Jawa. Nama ini kental dengan aroma jawa, karena orang tua istriku berasal dari Kudus, Jawa Tengah. Sedangkan Shira, dalam bahasa Arab itu cantik, tapi bisa juga dalam dibaca dalam bahasa Jepang artinya putih. Selanjutnya, Sjair adalah Syair atau bisa juga modifikasi dari pahlawan Indonesia Sutan Sjahrir. Menggunakan ejaan lama, ‘y’ yang menjadi ‘j’ bermakna kekekalan, terekam dalam sejarah, dan selalu diingat. Akbar memiliki makna besar dalam bahasa Arab, namun diluar makna tersebut adalah nama belakang dariku. Apabila hendak dirangkai menjadi satu suku kata, anakku ini bermakna syair yang manis, cantik, nan besar.
Doa yang ingin kami sisipkan dari nama itu adalah agar Gendishira menjadi sosok yang indah namun kuat dan besar. Syair adalah tidak hanya sebuah kata-kata indah, tapi sebuah alat perjuangan. Chairil Anwar menggunakan syair untuk perjuangan bangsa, juga Soe Hoek Gie menulis syair untuk memperjuangkan hak-hak yang ditindas.
Begitulah, Nak. Semoga kau senang dengan hadiah pertamamu.
Leave a Reply